Kemudianintensitas pemeriksaan akan berubah menjadi seminggu sekali ketika usia kehamilan Mama menginjak usia 36 minggu. Pada fase ini, kemungkinan Mama akan menjalani beberapa tes untuk mengetahui perkembangan serta kondisi janin di dalam perut. Pemeriksaan apa saja ya yang akan dijalani di trimester akhir ini? Editors' Picks
Halodoc, Jakarta – Kebanyakan ibu hamil tentunya berharap agar kehamilannya dapat berlangsung dengan sehat dan lancar. Namun, masalah dalam kehamilan terkadang bisa muncul tanpa diduga. Karena itu, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur kepada dokter kandungan, terutama pada trimester pertama. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi adanya berbagai gangguan pada kehamilan sedini mungkin, sehingga bisa ditangani segera agar tidak membahayakan kondisi janin. Berikut pemeriksaan kehamilan trimester 1 yang perlu ibu lakukan. 1. Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Pada kunjungan pertama pemeriksaan kandungan, dokter atau bidan akan memeriksa riwayat kesehatan ibu hamil trimester pertama, sehingga dapat diketahui adanya hal-hal yang mungkin bisa berdampak pada kehamilan. Berikut beberapa pertanyaan yang biasanya akan diajukan oleh dokter dalam pemeriksaan riwayat kesehatan. Riwayat kesehatan keluarga, hal ini untuk mengetahui adanya risiko penyakit genetik. Adanya gen kembar dalam keluarga. Riwayat kesehatan ibu hamil, seperti penyakit apa saja yang pernah dan masih sampai saat ini dimiliki, obat-obatan apa saja yang pernah dan masih dikonsumsi, serta gaya hidup yang dijalani. Riwayat kehamilan sebelumnya. Bila ibu pernah hamil sebelumnya, apakah ada penyakit yang pernah dialami saat hamil dan bagaimana metode persalinan yang pernah ditempuh. Riwayat menstruasi kapan waktu terakhir menstruasi dan masa ovulasi. Hal ini bermanfaat untuk memprediksi usia kehamilan. 2. Pemeriksaan Fisik Selain itu, ibu hamil juga akan menjalani pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang meliputi Berat badan. Dokter dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil dengan melakukan pemeriksaan berat badan. Pasalnya, pada kehamilan normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan walaupun usia kehamilan baru menginjak dua bulan. Sedangkan ibu hamil yang sakit atau mengalami morning sickness yang parah, biasanya akan sulit untuk meningkatkan berat badan. Tinggi Badan. Pemeriksaan ini memang tidak ada pengaruh langsung terhadap kondisi kesehatan ibu hamil. Namun, pengukuran tinggi badan ini berguna untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil guna menentukan metode persalinan. Abdomen, yaitu pemeriksaan pada bagian perut antara dada dengan pelvis. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat pembesaran rahim. Pemeriksaan tambahan. Bila diperlukan, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan pada organ tubuh ibu hamil lainnya, seperti jantung, ginjal, atau hati. 3. Tes Urine Selain untuk memastikan bahwa ibu sudah positif hamil, tes urine juga berguna untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit lain yang mungkin diidap oleh ibu hamil. Beberapa hal yang dapat diketahui dengan tes urine Kadar gula. Bila dalam urine ditemukan adanya kandungan gula yang cukup tinggi, hal ini berarti ibu mengidap diabetes gestasional. Kadar protein. Kadar protein yang tinggi dalam urine bisa menjadi pertanda ibu mengidap pre-eklampsia. 4. Tes Darah Ibu hamil memang tidak wajib melakukan tes darah. Namun, dokter biasanya menyarankan ibu hamil untuk melakukan tes darah untuk memastikan adanya penyakit tertentu. Tes darah meliputi Golongan darah Selain memeriksa golongan darah A, B, AB, atau O, ibu hamil juga akan diperiksa golongan darah rhesus-nya. Pemeriksaan rhesus ini penting karena apabila rhesus ibu berbeda dengan rhesus bayi, maka kondisi ini dapat menyebabkan bayi mengalami kelainan darah. Hemoglobin Pemeriksaan ini juga penting untuk mengetahui apakah ibu hamil mengidap anemia atau tidak. Normalnya, kadar haemoglobin adalah sekitar 10–16 gram per liter pada darah. Bila ibu hamil positif mengidap anemia, biasanya dokter akan menyarankan ibu untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan folat. Pemeriksaan Hepatitis B dan C Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada infeksi virus pada liver ibu hamil. Hal ini penting karena bila ibu positif mengidap hepatitis, maka bayi harus segera diimunisasi setelah lahir. Pemeriksaan Rubella Ibu hamil trimester 1 berisiko terkena rubella saat usia kehamilan di bawah lima bulan. Sindrom rubella dapat menyebabkan bayi meninggal sebelum lahir, atau berisiko lahir dengan penyakit jantung bawaan, kerusakan organ hati, diabetes, dan gangguan otak. Jadi, untuk mencegah hal ini terjadi maka ibu perlu melakukan imunisasi sesegera mungkin. Ibu hamil membutuhkan pemeriksaan yang lengkap pada trimester 1, karena hal ini penting untuk pertumbuhan awal janin. Ibu hamil juga bisa melakukan pemeriksaan kesehatan lewat aplikasi Halodoc, lho. Caranya sangat praktis, kamu tinggal pilih Lab Service, yang terdapat pada aplikasi Halodoc, kemudian tentukan tanggal dan tempat pemeriksaan, lalu petugas lab akan datang menemuimu pada waktu yang sudah ditentukan. Ayo, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play. Baca juga Cara Mengobati Rubella pada Ibu Hamil Kapan Ibu Hamil Sebaiknya Melakukan USG? 4 Hal yang Penting Dilakukan saat Hamil Trimester Pertama
D Melakukan Pemeriksaan Penunjang Lab rutin (untuk semua ibu hamil) pada kunjungan pertama : 1. Kadar hemoglobin 2. Golongan darah ABO, rhesus 3. Tes HIV : ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi 4. Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria : untuk daerah endemik Mulut dan bibir terasa kering Merasa ngantuk dan lebih haus Keinginan buang air kecil menurun Sakit kepala dan pusing Susah buang air besar atau sembelit Pada sebagian orang, dehidrasi saat hamil juga bisa memicu kontraksi Braxton Hicks atau pengencangan rahim yang biasa berlangsung satu hingga dua menit. Ibu hamil mesti lebih waspada jika mengalami gejala dehidrasi parah seperti di bawah ini. Pusing dan kebingungan Jantung berdebar lebih kencang Adanya perubahan pada pergerakan bayi Tekanan darah rendah yang memicu pingsan Perlu diketahui bahwa dehidrasi parah dapat mengakibatkan syok dan kegagalan organ sehingga bisa membahayakan ibu dan juga bayi. Apa saja penyebab dehidrasi pada ibu hamil? Penyebab utama dehidrasi adalah saat Anda tidak menjaga asupan cairan harian. Apalagi, di setiap trimester kehamilan tidak hanya ibu yang membutuhkan cairan, tetapi juga bayi di dalam kandungan. Perlu diingat bahwa selain nutrisi dan gizi dari makanan, cairan juga berperan penting dalam perkembangan janin yang sehat. Tidak hanya karena asupan cairan yang kurang, ada beberapa penyebab lainnya yang memicu dehidrasi pada ibu hamil seperti di bawah ini. 1. Morning sickness Hampir sekitar 50% wanita hamil mengalami morning sickness yang biasa terjadi pada trimester pertama kehamilan. Kondisi ini bisa memicu dehidrasi saat hamil karena Anda bisa mengalami muntah, buang air kecil berlebihan, serta berkeringat. 2. Peningkatan volume darah Volume darah pada wanita hamil dapat dikatakan meningkat dibandingkan wanita yang tidak hamil. Maka dari itu, hal ini bisa memicu dehidrasi di awal kehamilan pada ibu hamil karena tubuh membutuhkan lebih banyak air daripada biasanya. 3. Diare Diare bisa mengakibatkan tubuh kehilangan cairan serta elektrolit dalam waktu singkat. Apalagi, saat kondisi ini dibarengi dengan muntah. Perubahan hormonal pada saat hamil kemungkinan bisa membuat Anda mengalami diare yang memicu dehidrasi. Perubahan kebutuhan asupan nutrisi dan gizi saat hamil mungkin bisa mengakibatkan sakit perut hingga diare yang membuat Anda butuh lebih banyak asupan cairan. Apa saja komplikasi atau bahaya dehidrasi pada ibu hamil? Setiap orang mempunyai kondisi tubuh yang berbeda-beda, termasuk saat Anda sedang hamil. Maka dari itu, dehidrasi juga dapat memengaruhi ibu hamil tergantung pada kekuatan tubuh serta usia kehamilan. Berikut adalah beberapa komplikasi atau bahaya dehidrasi yang bisa terjadi saat hamil.;’;’ 1. Persalinan prematur Saat tubuh mengalami dehidrasi bisa mengakibatkan menurunnya volume darah. Hal ini juga bisa membuat kadar hormon oksitosin pun meningkat. Sedangkan hormon oksitosin dapat memicu kontraksi pada rahim. Maka dari itu, dehidrasi juga bisa mengakibatkan bayi lahir prematur. 2. Kram otot Dehidrasi pada ibu hamil bisa menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga memicu terjadinya kram otot. Anda perlu berhati-hati karena kondisi ini bisa mengganggu aktivitas dan sangat tidak nyaman. 3. Infeksi saluran kemih Pada kondisi dehidrasi berat, ibu hamil juga bisa mengalami infeksi saluran kemih. Hal ini bisa memicu komplikasi lainnya pada organ ginjal serta bayi lahir prematur. Bagaimana cara mengatasi dehidrasi? Saat merasakan gejala dehidrasi ringan, hal pertama yang perlu dilakukan ibu hamil adalah segera minum air dan beristirahat. Setelah itu, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi Anda dan dapat ditangani sesuai dengan penyebab dehidrasi. Biasanya, pengobatan dehidrasi yang efektif adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Maka dari itu, Anda juga akan disarankan untuk mengonsumsi air mineral, jus, dan juga air kaldu. Namun, apabila terjadi dehidrasi berat, tidak menutup kemungkinan dokter akan memberikan cairan khusus melalui pembuluh darah. Pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan ibu hamil Berikut adalah beberapa cara mencegah dehidrasi saat hamil yang bisa dilakukan. 1. Menjaga asupan cairan Cara mencegah dehidrasi saat hamil adalah dengan menjaga asupan cairan tubuh. Apalagi, ibu hamil membutuhkan cairan yang lebih banyak dibandingkan orang lain. Maka dari itu, Anda perlu minum air mineral setidaknya 10–12 gelas atau sekitar 3000 ml dalam sehari bila Anda cukup banyak beraktivitas atau cuaca panas. Selain air mineral, Anda juga bisa mengonsumsi minuman lainnya seperti jus atau susu. Sebaiknya, batasi minuman yang mengandung kafein untuk menjaga perkembangan janin. 2. Menghindari aktivitas berat Pencegahan dehidrasi lainnya adalah membatasi atau menghindari aktivitas yang bisa membuat wanita hamil menjadi kepanasan. Sebagai contoh adalah olahraga berat atau menghabiskan waktu di luar saat cuaca panas. Tidak perlu khawatir, Anda tetap bisa melakukan olahraga untuk ibu hamil yang lebih ringan. Pemeriksaanpenunjang pada setiap ibu hamil diperlukan un-tuk melakukan screening terhadap penyakit - penyakit yang dapat menyertai kehamilan pada setiap ibu hamil yang melakukan pemer-iksaan awal, namun pada ibu hamil dengan kunjungan ulang pemerik-saan penunjang dilakukan atas ind-ikasi. Berikut langkah-langkahnya : 1. Pemeriksaan Hemoglobin a. Jakarta - Sifilis selama kehamilan memang merupakan kondisi yang serius lho Bunda. Ini merupakan infeksi menular dari kontak seksual dan dapat membuat bayi terkena infeksi yang dikenal dengan sifilis kongenital. Yuk ketahui sifilis kongenitasl pada ibu hamil, baik itu penyebab, cara mengatasinya hingga bahayanya bagi janin. Melansir laman AmericanPregnancy, sifilis merupakan infeksi menular yang disebabkan bakteri Treponema pallidum, terutama ditularkan dari kontak seksual. ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT Sifilis juga meningkatkan kemungkinan kehamilan lahir mati. Jika janin bertahan hingga lahir, risikonya meliputi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, infeksi sifilis kongenital, atau kematian neonatal. Untuk sifilis kongenital, ini lebih mungkin memengaruhi bayi jika ibu hamil terkena sifilis selama kehamilan. Tapi Bunda juga bisa menularkannya ke janin jika terkena infeksi sebelum hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi seumur hidup bagi bayi. Sifilis kongenital juga dapat memengaruhi anak secara berbeda berdasarkan berapa lama ibu hamil menderita sifilis dan kapan menerima pengobatan untuk itu. Jika ibu hamil menderita sifilis atau menduga mungkin menderita sifilis, ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat dilakukan selama kehamilan untuk membatasi kemungkinan menularkannya ke janin yang sedang berkembang. Penyebab penularan sifilis kongenital pada ibu hamil Jika seorang ibu hamil yang terinfeksi didiagnosis dan diobati dengan benar sebelum bulan keempat kehamilan, janin tidak akan tertular infeksi. Pengobatan setelah keempat yang biasanya akan menyembuhkan ibu dan janin. Namun, kemungkinan janin tertular infeksi juga tergantung pada stadium sifilis pada ibu hamil. Semakin baru ibu hamil tertular sifilis, semakin tinggi risiko menularkan infeksi itu ke janin. Jika ibu hamil menderita sifilis dini yang tidak diobati, infeksi hampir selalu menular ke janin. Dan penularan dari ibu ke anak jauh lebih jarang terjadi jika ibu hamil berada pada tahap laten atau akhir tersier penyakit. Pencegahan sifilis kongenital pada ibu hamil Alagia mengatakan sebenarnya penyakit ini dapat dicegah. Alhasil bayi yang akan tertular penyakit yang berpotensi mematikan ini bisa sangat sedikit. Ini jika semua wanita menerima perawatan prenatal yang tepat. Damian P. Alagia III, MD, direktur medis senior kesehatan wanita untuk Quest Diagnostics yang berbasis di wilayah Washington, DC menekankan kuncinya adalah setiap ibu hamil menjalani tes sifilis dan penyakit menular seksual lainnya dan menerima pengobatan jika diperlukan. "Jika Anda dites negatif pada awal kehamilan untuk sifilis atau PMS lainnya dan kemudian mulai terlibat dalam perilaku berisiko tinggi atau memiliki pasangan baru, Anda harus diuji ulang pada trimester ketiga untuk melindungi diri Anda dan bayinya," kata Alagia. Karena itu, tes sifilis ini sangat penting karena ibu hamil bisa saja membawa 'penyakit' ini tanpa mengetahuinya. Luka awal tidak sakit, namun bisa sulit dilihat atau benar-benar tersembunyi di dalam tubuh. Selain itu mudah disalahartikan sebagai hal lain, seperti rambut yang tumbuh ke dalam, jerawat, atau benjolan yang tidak berbahaya. Gejala sifilis kongenital pada ibu hamil Tanda-tanda awal sifilis kongenital ini cenderung terjadi pada usia 3 sampai 14 minggu kehamilan. Tapi gejala ini juga bisa muncul paling lambat 5 tahun. Ini termasuk Peradangan atau pengerasan tali pusat bayi Demam Masalah kulit Ruam Berat lahir rendah Kadar kolesterol tinggi saat lahir Meningitis Anemia Jumlah monosit sejenis sel darah putih yang lebih tinggi dalam darah bayi Hati atau limpa yang lebih besar Penyakit kuning Kejang Pengelupasan kulit yang memengaruhi telapak tangan dan kaki bayi Masalah mental Periostitis radang di sekitar tulang yang menyebabkan tungkai dan persendian lunak Pilek Rambut rontok Peradangan di mata bayi Radang paru-paru Cara mengatasi sifilis kongenital pada ibu hamil Sifilis hanya menyerang bayi dari ibu hamil yang tidak didiagnosis dan diobati secara tepat dengan antibiotik. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC, penisilin sangat efektif untuk melindungi ibu dan anak, tetapi tidak mendapatkan diagnosis atau tidak mengonsumsi penisilin secara signifikan meningkatkan risiko kesehatan bagi keduanya. Rejimen penisilin ini juga yang sesuai untuk stadium sifilis dan dimulai 30 hari atau lebih sebelum melahirkan. Ibu hamil yang terdiagnosis sifilis harus segera diobati. Pasangan seksnya juga harus menerima perawatan untuk mencegah ibu terinfeksi ulang dan untuk meningkatkan kesehatan pasangannya. Bayi yang terpapar sifilis selama kehamilan harus dievaluasi secara menyeluruh saat lahir untuk menilai bukti sifilis kongenital dan kebutuhan pengobatan. Bayi-bayi ini juga harus dipantau dengan ketat setelah dilahirkan, terlepas dari evaluasi atau pengobatan awal, karena bayi dengan sifilis kongenital mungkin tidak memiliki gejala awal apa pun saat lahir tetapi kemudian mengembangkan gejala jika tidak ditangani dengan tepat. Bahaya sifilis kongenital pada janin Bayi dengan sifilis kongenital yang tidak ditangani dengan tepat dalam 3 bulan pertama kehidupan lebih mungkin mengalami komplikasi seumur hidup seperti ketulian, kebutaan, dan cacat intelektual. Jennifer Payne, MD seorang dokter bidang Kedokteran keluarga, kedokteran olahraga dan olahraga, dan kesehatan wanita, mengatakan, ibu hamil yang menderita sifilis memang dapat menularkan penyakit tersebut kepada janinnya. "Bakteri penyebab penyakit dapat berpindah dari Anda ke bayi Anda melalui plasenta. Anak Anda kemudian dikatakan menderita sifilis kongenital," kata Payne dilansir Everydayhealth. Alagia juga mengatakan bahwa sekitar 40 persen hingga 50 persen bayi yang terinfeksi sifilis akan lahir mati. Bayi baru lahir yang terinfeksi juga berisiko tinggi meninggal. "Janin yang terinfeksi sifilis sering meninggal dalam kandungan," kara Alagia. Seorang bayi dengan sifilis yang bertahan hidup tetapi tidak diobati atau tidak diobati secara memadai dapat berakhir dengan seumur hidupnya berhadapan dengan masalah besar. "Penyakit ini dapat menyerang secara agresif hampir setiap bagian tubuh pada janin dan bayi seperti yang terjadi pada orang dewasa," jelasnya. Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! Simak juga yuk video tentang kehamilan di bawah ini pri/pri Pemeriksaanuntuk Mendiagnosis Eklampsia pada Ibu Hamil. Eklampsia maupun preeklamsia adalah kondisi yang sebaiknya dihindari wanita hamil. Cara terbaik untuk menghindari kedua kondisi ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan, sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan.Pemeriksaanurine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.Halodoc, Jakarta - Thalassemia adalah kelainan darah bawaan genetik yang terjadi ketika gen yang bermutasi memengaruhi kemampuan tubuh untuk membuat hemoglobin yang sehat, yakni protein kaya zat besi yang ditemukan dalam sel darah merah. Hemoglobin membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh, dan karbondioksida ke paru-paru untuk dihembuskan. Ketika gen bermutasi itu berarti mereka berubah secara permanen, jadi thalassemia adalah kondisi seumur akan memintamu melakukan tes darah sebagai bagian dari perawatan rutin awal kehamilan untuk memeriksa apakah kamu membawa mutasi gen thalassemia. Ada berbagai jenis thalassemia, dan jika kamu hanya memiliki versi ringan, kamu mungkin tidak tahu bahwa kamu tengah penting untuk diketahui, karena bayi akan mungkin mewarisi gen ini darimu. Oleh karena itu, kehamilan bisa jadi terjadi sebelum kamu mengetahui bahwa kamu mengidap thalasemia. Untuk itu, diperlukan beberapa hal agar kehamilan tetap bisa berjalan dengan baik. Baca juga 4 Kelainan Darah yang Perlu Diwaspadai Ibu HamilKehamilan dengan ThalassemiaTes darah kehamilan rutin akan memberitahu kamu apakah kamu memiliki thalassemia atau tidak. Hal yang cukup umum bagi pengidap thalassemia minor atau alpha tidak menyadarinya, karena biasanya mereka hanya pembawa dan tidak memiliki sel sabit adalah jenis kelainan darah genetik lainnya. Skrining dengan cara ini membantu mengidentifikasi bayi yang berisiko mewarisi talasemia atau penyakit sel sabit. Jika kamu memiliki hasil tes positif, beri tahu seluruh keluarga. Salah satu kerabat yang mungkin berencana untuk memiliki bayi juga perlu dites juga. Program skrining telah menghasilkan penurunan kelahiran yang terkena dampak dari beta-thalassemia. Wanita hamil dengan thalassemia berisiko mengalami keguguran, preeklamsia, janin kecil untuk usia kehamilan, hambatan pertumbuhan janin dan perlu transfusi darah. Meski tidak banyak komplikasi yang diharapkan pada mereka dengan thalassemia minor, kecuali peningkatan kebutuhan akan transfusi darah. Namun, mereka dengan thalassemia mayor atau ketergantungan transfusi berada pada risiko lebih besar terkena kardiomiopati, endokrinopati seperti diabetes dan gangguan tiroid dan osteoporosis. Ini terutama akibat kelebihan zat juga Minor atau Mayor, Mana Thalassemia yang Paling Berbahaya?Pemeriksaan Penunjang Thalassemia Selama KehamilanSetelah status carrier dan mutasi genetik pasangan dikonfirmasi, mereka harus diberi tahu bahwa kemungkinan memiliki janin thalassemia mayor adalah satu dari empat. Metode diagnostik standar adalah pengambilan sampel vili korionik dan analisis DNA antara 11 dan sebelum 14 minggu kehamilan. Amniosentesis dilakukan setelah 15 minggu kehamilan dan hasilnya mungkin tidak tersedia cukup dini untuk memungkinkan penghentian sampel vili korionik CVS. CVS dapat dilakukan melalui serviks transcervical atau melalui abdomen transabdominal, tergantung letak plasenta. Dalam kedua prosedur tersebut, sejumlah kecil jaringan plasenta dibiopsi. Ada risiko kecil keguguran setelah prosedur 0,5 - 1 persen. Selain itu ada risiko kecil terjadinya infeksi atau Amniosentesis dilakukan dengan memasukkan jarum melalui dinding perut ke dalam rahim dengan panduan USG dan mengeluarkan sedikit cairan dari kantung yang mengelilingi janin. Ada risiko kecil keguguran setelah prosedur 0,5 persen. Selain itu, ada risiko kecil infeksi atau bocornya cairan juga Pentingnya Premarital Check Up untuk Cegah ThalassemiaPerawatan Thalassemia Pra KehamilanPenting bagi wanita penderita thalasemia untuk melakukan penilaian pra-kehamilan sebelum kehamilan. Perawatan pra kehamilan untuk wanita dengan thalassemia akan mencakup beberapa penilaianPenilaian pra-kehamilan harus dilakukan bersama dengan ahli hematologi. Penilaian akan mencakupKelebihan zat besi dengan menilai kadar feritin serum darah, ekokardiogram jantung jantung atau MRI dan pemindaian hati atau imunisasi bagi mereka yang pernah menjalani golongan hemoglobin pra-transfusi dan keputusan frekuensi transfusi yang risiko tulang dan tentang kehamilan dan pengidap thalassemia dengan kardiomiopati akibat efek kelebihan zat besi jantung jantung disarankan untuk tidak hamil. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang yang itu, anjuran pra-kehamilan bagi wanita dengan thalassemia ringan termasuk pra konsepsi folat asam folat, perawatan antenatal dini dan pentingnya kepatuhan pada jadwal pemeriksaan dan perawatan gabungan lain. Jika kamu masih membutuhkan lebih banyak mengenai thalassemia selama kehamilan, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Dokter akan senantiasa memberikan saran kesehatan yang dibutuhkan selama persiapan hamil atau selama Centre UK. Diakses pada 2020. Thalassaemia in Online Unit, Ministry of Health Malaysia. Diakses pada 2020. Thalassaemia in Pregnancy. PEMERIKSAANPENUNJANG 1. HB 2. Tes darah 3. USG 4. Urine 5. Tes air amnion 6. CTG 3. LANJUT Beberapa pemeriksaan yang "wajib" dilakukan pada saat hamil antara lain pemeriksaan laboratorium pada trimester I dan trimester III.